Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin mengenang jasa pendiri Pondok Pesantren Al Hidayah Kauman Lasem, Rembang, Jawa Tengah, KH Ma’shum Ahmad. Ma’ruf menyebut pondok pesantren ini telah melahirkan ulama besar hingga Menteri Agama (Menag).
“KH Ma’shum ini adalah ulama yang karistmatik, ulama yang sangat komplet, paripurna, yang patut menjadi contoh bagi kita,” kata Ma’ruf dalam haul ke-52 KH Ma’shum di Ponpes Kauman Lasem, Sabtu (27/1/2024).
Ponpes Kauman Lasem, tutur Ma’ruf, adalah tempat melahirkan para ulama. Tiga Menteri Agama juga pernah belajar di Ponpes Kauman Lasem, yakni Mukti Ali, yang menjabat sebagai Menag pada September 1971 hingga Maret 1978.
Berikutnya adalah Saifuddin Zuhri, Menteri Agama yang menjabat dari 1962 hingga 1967. Kemudian Muhammad Ilyas, yang menjadi Menteri Agama pada Agustus 1955 hingga Juli 1959.
“Di Lasem ini saya nyebutnya juga dari dulu, ini merupakan tempat melahirkan para ulama. Saya tahu banyak ulama yang lahir dari Pondok Lasem ini, banyak yang pimpinan-pimpinan pesantren, Menteri Agama saja paling tidak ada tiga Menteri Agama yang alumni dari Pondok Lasem ini, Prof Kiai Mukti Ali, Prof Saifuddin Zuhri, dan Kiai Ilyas. Paling tidak Menteri Agama saja ada tiga,” katanya.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut Ma’ruf mengatakan KH Ma’shum telah menyiapkan para ulama sebagai penerusnya. Regenerasi ulama itu, kata Ma’ruf, sangat diperlukan.
“Jadi beliau sebagai ulama telah melakukan apa yang disebut menyiapkan para orang-orang yang paham agama, ulama. Kenapa itu perlu dilakukan? Karena para ulama sepuh dari generasi ke generasi itu akan hilang, wafat. Kalau tidak ada penggantinya, ini tentu akan terjadi kekosongan,” sebut dia.
“Rasulullah mengatakan ‘Allah tidak mengambil ilmu dari hati manusia’ tidak ada seorang ulama kehilangan ilmunya, tidak ada. Tapi Allah mengambil ilmu itu dengan mengambil ulamanya. Ulamanya wafat, ilmunya dibawa, ulama wafat, istrinya ditinggal, rumahnya ditinggal, sawahnya ditinggal, ilmunya dibawa, nggak ditinggal. Nah, kalau sampai tidak ada penggantinya, ini bahaya,” imbuhnya.
Ma’ruf mengungkap bahaya apabila tidak ada orang alim yang tertinggal karena tak ada regenerasi ulama. Jika tak ada seorang alim, kata dia, orang akan memilih pemimpin yang tidak memiliki kemampuan. Menurutnya, itu bahaya.
“Kalau sampai tidak ada seorang alim yang tersisa, maka orang akan menjadikan pemimpinnya itu orang bodoh-bodoh, orang bodoh jadi pemimpin. Ini kan, kalau ditanya dia memberi fatwa tanpa ilmu, seenaknya saja, ceplas-ceplos, ceplas-ceplos, nggak berdasar. Dia sesat dan menyesatkan orang. Itulah sebabnya perlu ada regenerasi, perlu ada satu tempat atau lembaga yang menyiapkan para penggantinya,” tutur dia.
Ma’ruf menyebut KH Ma’shum adalah sosok pemimpin pesantren yang mencetak para ulama. Menurutnya, KH Ma’shum juga tak berhenti berdakwah.
“Amalan para nabi itu melakukan islah, perbaikan-perbaikan. Jadi langkah para nabi itu adalah langkah-langkah perbaikan. Seperti dikatakan Nabiallah Syuaib, ‘Saya tidak akan menyampaikan pesan-pesan yang saya sampaikan ini kecuali hanya perbaikan’. Tidak nyari apa-apa, melainkan al-islah,” katanya.
Melakukan perbaikan, kata Ma’ruf, bukanlah masalah gampang. Namun, kata dia, KH Ma’shum telah melakukan perbaikan bersama ulama besar lainnya.
“Islah ini bukan masalah gampang, masalah besar. Oleh karena itu, beliau bersama para ulama, dengan Syeikh Hasyim Asy’ari, dengan yang lain-lain, yaitu mendirikan organisasi Nahdlatul Ulama untuk bersama-sama melakukan, karena NU adalah gerakan ulama untuk melakukan perbaikan umat. Apa yang perbaiki? Agamanya, kemasyarakatannya,” pungkasnya.
sumber: https://news.detik.com/berita/d-7163666/maruf-ungkap-ponpes-kauman-lasem-lahirkan-ulama-besar-3-menag-dari-sini.